![]() |
Sumber: Pexels.com/Pavel Danilyuk |
Definisi diatas tentunya saya ambil sendiri dari kesimpulan saya setelah cukup lama mempelajari dan menggunakan AI. Jika kamu membaca artikel ini, kemungkinan besar kamu adalah salah satu korban booming dari berita-berita akhir-akhir ini.
Bagaimana tidak? Kamu bisa membuat gambar hanya dengan berimajinasi saja dan gambar kamu akan muncul tanpa perlu mempelajari berbagai teknik pencahayaan, blending, transpari, colour grading yang bikin pusing melalui Photoshop. (Adobe was-was nih)
![]() |
Sumber: Pexels.com |
Kamu juga bisa mendapatkan informasi secepat kilat dan presisi hanya dengan chattingan dengan AI. Bahkan kalau kamu galau kamu bisa meminta saran darinya atau lawakan yang tidak kalah lucu. Namun, terlepas dari itu ada beberapa pasang mata di dunia ini yang justru berfikir bahwa fenomena ini akan mengambil alih pekerjaanya.
Jika kamu adalah seorang desainer grafis tentunya kamu merasa ini adalah pedang bermata dua. Sebuah keleluasaan untuk menghemat waktu sekaligus ancaman bahwa kedepanya AI bisa saja mengambil alih pekerjaanmu.
Benarkah? Logikanya mengapa saya harus membayar mahal untuk seorang desainer grafis demi membuatkan saya produk yang saya inginkan, sedangkan saya bisa meminta bantuan AI yang lebih cepat dan gratis? Tentunya saya akan berfikir 2x untuk menyewa jasa desainer grafis.
Disinilah saya juga ikut berfikir, benarkah AI akan merampas mata pencaharian kita? Desainer grafis, pegawai pabrik, analis, guru dan lain sebagainya. Mengapa kita kawatir? Tentu saja, AI memiliki keunggulan yang lebih dari manusia. Dimana manusia memerlukan istirahat, AI tidak. Dimana manusia terkadang terpengaruh oleh mood, AI tidak. Dimana manusia meminta hari libur, AI tidak. AI selalu konsisten.
Yang perlu kamu tahu, bahwa kecerdasan yang dimiliki AI adalah berasal dari kecerdasan pembuatnya. Tentu saja, manusia. Mungkin diantara kamu juga ada yang menganggap bahwa kekawatiran beberapa pihak itu adalah hal berlebihan.
Tidak mungkin AI akan mengambil alih pekerjaan manusia sepenuhnya. Supaya tidak berantem di alam batin, mungkin lebih baik saya mewawancarai salah satu AI yang kebetulan sedang naik mobil chevrolet karena jadi populer saat ini.
![]() |
Dokumen Penulis |
![]() |
Dokumen Penulis |
![]() |
Dokumen Penulis |
![]() |
Sumber: Pexels.com |
Terlepas dari hal ini, dari sini kita bisa mengambil kesimpulan semu dimana AI pun bisa membuat kesalahan. Mengapa? karena pada dasarnya kecerdasan buatan atau AI ini adalah bersumber dari kecerdasan manusia dan kelemahan manusia adalah kesalahan yang diperbuatnya.
Kembali ke topik bahasan utama. Apakah AI akan mengambil alih karir? Menurut saya, iya. Namun, tidak dalam waktu dekat. Oleh karena itu, mulailah mempelajari bagaimana AI bekerja. Setidaknya kita faham akan dasar-dasar dari AI. Tidak ada salahnya kita ahli dalam bidang AI karena teknologi ini akan terus berkembang terutama dalam bidang AI.
Lalu apakah kita harus berhenti mengejar cita-cita seperti menjadi desainer, pelukis, programmer? Untuk menjawab semua itu tidak bisa digeneralisir. Karena desainer, pelukis berbeda dengan programmer.
Menurut saya, jadikanlah keinginan kamu untuk menjadi desainer atau pelukis sebagai hobi namun tetaplah belajar menggunakan AI untuk membantumu menyelesaikan permasalahan dalam hal desain. Hal ini akan mempercepat produksi. Dan tentu saja, menurut saya tekuni saja. Namun, jangan berharap terlalu tinggi untuk sepenuhnya menjadi desainer atau pelukis sebagai penghasilan utama.
Menjadi programmer menurut saya masih sangat dibutuhkan. Sejauh ini, AIpun mampu menulis sintaks-sintaks untuk pemrograman. Meski begitu AI belum mampu mengeksekusinya ke dalam perangkat lunak pemrograman. Jadi peran manusia masih sangat dibutuhkan. Jadikan AI sebagai teman coding kamu. Bahkan kamu dapat mengcopy sintaks kamu yang mengalami error agar diselesaikan oleh AI.
Post a Comment
Post a Comment